Kisah Cinta Terbaik Sepanjang Masa

FSI FISIP UI 30

Kanjeng Nabi Muhammad berduka. Selepas Abu Thalib wafat, istri tercinta beliau Sayyidatina Khadijah menyusul kepergian sang paman. Nabi begitu berduka, masa itu pun disebut dengan tahun kesedihan. Apa yang membuat Nabi begitu berduka kehilangan sosok Khadijah –wanita yang disebut sebagai istri Nabi yang paling sempurna?

 
Khadijah adalah seorang pedagang yang kaya raya. Suatu hari pada masa itu, Ia mendengar tentang kemuliaan seorang pedagang yang bernama Muhammad. Ia pun merekrut Nabi untuk membantunya mengatarkan dagangan ke daerah Syam bersama budak wanitanya yang bernama Maysarah. Membawa laba yang begitu melimpah ditambah dengan cerita Maysarah tentang kebaikan akhlak Nabi Muhammad selama perjalanan dagang, Khadijah jatuh hati. Ia pun mengirimi utusan kepada Nabi Muhammad, memintanya untuk mempersunting dirinya. Muhammad setuju. Maka menikahlah Sang Nabi pada umur 25 tahun dengan Khadijah yang pada saat itu berumur 40 tahun.

 
Khadijah termasuk orang yang pertama-tama percaya akan kenabian Muhammad dan kebenaran Islam. Maka, Ia adalah wanita yang sangat istimewa. Suatu malam, Nabi Muhammad turun dari Gua Hira di Jabal (Gunung) An-Nur dengan sangat ketakutan. Bagaimana tidak? Sesosok besar bersayap ratusan, Jibril, mendekapnya hingga beliau merasa tercekik. Sesampai di rumah, Nabi berseru pada istrinya, “Ya Khadijah! Aku takut sesuatu yang buruk menimpaku!” Khadijah menjawab dengan sangat menenangkan, “Engkau orang baik ya suamiku, engkau orang baik, tidak akan ada yang buruk menimpamu!” Juga lewat kesucian hati Khadijah lah, Nabi mendapat petunjuk untuk ke seorang ahli kitab bernama Waraqah bin Naufal. Muhammad pun mengetahui perihal apa yang menimpanya. Ia menerima wahyu kenabian!

 
Nabi, sebagaimana kita ketahui, mendapat keistimewaan untuk menikah berkali-kali. Tetapi,semasa Khadijah hidup, Nabi tidak pernah beristri dengan selain dirinya. Sampai Khadijah wafat pada umur 65 tahun, Nabi berumur 50 tahun. Cinta Nabi yang lain, Aisyah, pernah membuat Nabi memerah mukanya. “Khadijah lagi yang disebut-sebut!” teriak Aisyah. Aisyah cemburu, Nabi selalu menyebut-nyebut Khadijah bersama kebaikannya setiap saat. Bagaimanapun, Khadijah adalah salah satu pendukung utama dakwah Rasulullah baik secara materi maupun nonmateri. Kehilangan Khadijah adalah kehilangan penyokong paling berpengaruh dalam dakwah kenabian.

 
Segala suka duka ditempuh Khadijah dan Nabi dalam memperjuangan dakwah Islam di masa-masa awal. Ia adalah kisah cinta terbaik di jagat raya yang pernah dan tak akan pernah terkalahkan. Ia adalah cerita romansa yang membawa misi rahmatan lil ‘alamin. Dua insan yang disatukan bukan karena tujuan duniawi semata, tetapi karena misi keilahian. Bukan pula cinta menye-menye yang hanya dilukiskan lewat coklat, kalimat “I Love You”, dan bahkan, naudzubillah… berdua-duaan, free sex dan free kissing. Perilaku buruk manusia tersebut hanya akan merendahkan derajat hakikat agung cinta. Hari ini tanggal 14 Februari sama saja dengan hari yang lainnya, justru yang membedakan adalah bagaimana kita membudayakan dan membiasakan tindakan baik dalam kesehariannya.
Kepatuhan kita pada perintah Allah dan ajaran Nabi dapat melahirkan cinta yang sesungguhnya seperti kisah cinta Nabi dan Khadijah. Sesungguhnya agama ini adalah agama cinta, dibangun atas cinta dan untuk cinta.

 

 

Sumber sejarah Nabi ini ditulis ulang dan dimodifikasi sesuai kebutuhan dari karya Dr. Said Ramadhan Al-Buthi dalam Fiqh as-Sirah an-Nabawiyyah Ma’a Mujaz Litarikh al-Khilafah ar-Rasyidah dan karya Prof. Dr. Husain Mu’nis dalam Dirasat Fi Al-Sirah Al-Nabawiyah, keduanya dibaca dari edisi terjemahan bahasa Indonesia.

 

 

Departemen Kajian Al-Hikmah
Forum Studi Islam FISIP UI 30



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five + two =