Jangan Move On, Please!

Oleh: Noviyanti

Wakil Ketua TKK FSI FISIP UI 29

Adalah Abdullah Dzul Bajadain. Sebuah nama pemberian Rasulullah dengan makna ‘yang memiliki dua potong kain’. Seorang sahabat Rasulullah dengan kisah keistiqomahannya. Kecintaan yang mendalam terhadapnya menggerakkan tangan mulia Rasulullah untuk menggali tanah makam untuk Abdullah seorang diri saja. Tak luput air mata yang membasahi kain kafan dan doa keridhoan atas kepergian terhadap sosok pemuda yang mencintai Alquran dan mencintai Rasulullah (Khalid, 2006).

Abdullah Dzul Bajadain berasal dari sebuah kabilah Mazaniah yang terletak di antara Mekah dan Madinah. Sejak kecil ia sudah menjadi yatim-piatu. Tinggal selama 16 tahun bersama pamannya yang kaya raya ditengah kaum penyembah berhala.

Abdullah dipertemukan dengan para Muhajirin yang hendak berhijrah dari Makah ke Madinah. Saat itu ia banyak bertanya mengenai ajaran Islam dan Rasulullah, sampai akhir dari pertemuan itu ia memumutuskan untuk memeluk agama Islam. Hampir tiap hari Abdullah berlari menuju sahabat yang sedang berhijrah dari Makah ke Madinah, ia akan mengikutinya seraya berkata, “Tunggulah aku sampai aku mendengar dari kalian Al-Quran. Aku ingin menghapal satu ayat baru dari kalian.”

Selama tiga tahun ia harus menahan keinginannya untuk ikut Hijrah ke Madinah, hal itu ia lakukan karena ia ingin perkanalannya terhadap indahnya Islam juga dirasakan oleh pamannya. Namun, pamannya malah menolaknya habis-habisan. Abdullah pun diusir dan mengancam mengambil semua hartanya, termasuk baju yang dikenakan Abdullah. Ia pergi ke Madinah dalam keadaan hampir telanjang sampai dia menemukan kain wol, lalu ia sobek menjadi dua bagian dan ia kenakan seperti pakaian ihram. Sungguh keistiqomahan yang luar biasa terhadap Rasulullah walaupun ia tidak pernah berjumpa.

Abdullah wafat di usia 23 tahun dalam perang Tabuk. Rasulullah sendiri yang menggali kuburannya lalu memguburkannya dengan berdoa dan berkata,”Ya Allah rahmatilah dia karena ia telah membaca Al-Qur’an atas dasar cinta kepada Rasulullah saw.”

Dari kisah Abdullah hendaklah kita malu terhadap keistiqomahannya dalam mencintai Allah dan Rasul-Nya, betapa diri ini seringkali khilaf akan nikmat dan keberkahan yang telah Allah berikan. Termasuk nikmat dipertemukannya dengan bulan Ramadhan, diperlukan keistiqomahan yang besar dalam mensyukuri karena atas izin-Nya, Allah masih menghentak kesadaran kita akan datangnya waktu terbaik untuk menggugurkan dosa-dosa (Fillah, 2018). Rasulullah saw. bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh keberkahan. Allah ‘Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada kalian berpuasa di dalamnya, di bulan itu pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, di bulan itu setan-setan jahat akan diikat. Demi Allah, di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang.” (HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Shahih Al-Jami’ no.55.

Jangan Move On, Please! Mungkin di awal-awal Ramadhan kita semangat mengejar tarawih, tilawah One Day One Juz, namun di pertengahan Ramadhan mulai kendur dengan berbagai aktivis. Istiqomah itu mudah! Tanamkan selalu dalam hati kita “Apakah tahun depan diri ini masih bertemu dengan bulan Ramadhan? Atau ini merupakan Ramadhan terakhirku?”. Wallahu A’alam Bishawab.

Daftar Pustaka

Fillah, A Salim. (2018). Kampoeng Ramadhan #14. www.salimafillah.com.

Khalid, Amru. (2006). Dengarkan Suara Hati. Jakarta: Maghfirah Pustaka.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twelve + four =